Selasa, 15 Januari 2013

BELUM ADA JUDUL

And Kal, thank you for all the adventure that you gave for me. for all the beautiful memory that you made. i'll never regret all the moment that i spent with you. i will never forget you. My Kailendra.

HALTE BUS

Sesuai janji, petang ini aku akan meleburkan rinduku dipundaknya. Saling mengadu tentang kisah yang 4tahun tidak sempat kita lunakkan bersama. Mungkinkah pengaduan kita sama seperti saat 4tahun sebelumnya. Tidaklah kau menjadi kaku dan dingin. Tidaklah kau menjadi sesuatu yang begitu sulit untuk ku mengerti. Akankah sama seperti sebelumnya atau akankah beda seperti yang tidak aku idam-idamkan. Well.. lupakan pesimis itu. Yang pasti aku akan menunggu kedatanganmu dihalte bus yang 4tahun lalu sudah ku rencanakan untuk menanti kedatanganmu lagi disini.
Begitu berdegupnya jantungku ketika 2 jam lagi petang tiba. Dan aku harus disuguhkan rasa terburu-buru ketika macetnya Ibu Kota yang  tak terbantahkan. Aku tak boleh mengecewakanmu lagi walau hanya sekedar telat datang untuk menjemputmu. Sekalipun aku harus menyalip kendaraan lain dengan tindak yang ceroboh, aku lebih memilih cara itu daripada aku harus membuatmu menunggu begitu lama. 5 menit bagiku itu terlampau lama untuk membiarkanmu sendiri. Apalagi hanya untuk menunggu , menungguku lagi dan lagi..
Menunggu.. menunggu mungkin yang selalu mengingatkanmu padaku. Hanya itu dan karna itu. Cukup sudah aku menyesali kebimbangan yang terus menuntutku. Cukup sudah kala itu aku membiarkan hatimu menggantung dihatiku cukup lama. Berkat kelemahan perasaanku, berkat kebimbangan yang terus menodongku. Sampai-sampai aku rela membiarkanmu diam  diantara kosa kata abstrak dan absurd. Aku tak mau lagi menjadi aku yang dahulu kau tunggu-tunggu. Menantiku hanya untuk meminta kejelasan yang selama ini benar-benar tidak jelas. Dan berakhir luka..
“Hai??” dengan gontai tanganku meraih bahunya.
Dari lubuk ingin sekali rasanya aku memelukmu kailendra, sama seperti  4tahun lalu waktu aku mengantarkan kepergianmu. Walau hari itu aku memelukmu demi mengantarmu pergi jauh dari yang selama ini kita dekat. Tapi suasana waktu itu mampu menghanyutkanku dalam perasaan yang sendu dan syahdu. Berada dalam dua lentera perasaan dimana aku menangis tersedu karna kau akan pergi jauh dariku sekaligus aku menangis haru karna kau pergi untuk membumbung asa dan harapan yang selama ini kau ikat dalam hatimu. Suasana hari ini tak sama seperti hari itu. Pesimisku mewujudkan kekokohannya. Sikap dingin, kaku, dan berbeda yang tengah melingkari keberadaan kita. Kau seperti orang yang baru ku kenal. dan aku seperti orang yang ingin sekali mengenalmu.

"semuanya berbeda, lupakan perasaanmu, aku bukan yang dulu kau kenal, aku bukan yang dulu selalu menjagamu, aku bukan yang dulu selalu mengajak kau menikmati malam, aku bukan kau yang dulu sering menunggumu, terpenting menunggu jawabanmu atas perasaanku" 

bibirku bergetar, sekujur otot di kakiku melemas, tanganku mengepal sekeras-kerasnya, mataku mulai dibanjiri air yang mengalir hangat dipipi, sekuat tenaga ku tahan tangisan ini. tapi hatiku seperti dihujam pisau yang bermata begitu tajam, tega sekali kau mengatakan itu tanpa berkedip sekalipun, tega sekali kau mengatakan sesuatu yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya, belum sempat ku mengatakan sesuatu atas rinduku, belum sempat aku menghamburkan badanku dipelukanmu. dengan tenang kau berbicara kejam itu pada perempuan yang telah setia 4 tahun menunggu kedatanganmu"

Lalu bagaimanakah cerita selanjutnya? Akankah mereka terus bersama dalam ketergantungan hati yang tak kunjung jelas? Ataukah kebahagiaan mendatanginya?
Tunggu kisah selanjutnya  ditahun (Kapan-kapan) .. coming soon .. novel by : Tetes Embun Pagi ... Author of Trapped  in the Rainy .. xoxo

Selasa, 08 Januari 2013

Menggenggam Mimpi

KITA pasti punya mimpi. Namun, terkadang impian itu disandarkan kepada orang lain, kepada harapan dan keinginan orang lain. Kita tidak tau seberapa besar impian itu bermakna, karena terlalu sibuk mengejarnya. Setelah impian itu terwujud di hadapan, baru kita bimbang, apa benar itu yang ingin kita genggam.

think! kejadian ini terlalu simple bahkan sangat-sangatlah simple. cuma masalah persoalan flat shoes. yang semestinya gak perlu mengintai pikiran gue terus menerus dan menodong hasrat gue untuk membelinya. sayang.. kala itu gue masihlah menjadi pelajar kere. duit pas-pasan. paling kalaupun ada simpanan yang layak digunakan ya hanya untuk berbuku-buku fotocopyan ataupun uang kas yang tak kunjung usai. pftt.. sungguh sangatlah miris menjadi pelajar macam ini, banyak mau namun dolar-dolar itu malah terbang menjauh. mungkin Allah lebih memilih memberi apa yang gue butuhkan daripada apa yang gue inginkan. YES, WHAT I WANT VS WHAT I NEED. tapi sih ya sebenarnya lebih memukau THIS IS WHAT I WANT ... AND WHAT I NEED.