HALTE BUS
Sesuai janji, petang ini aku akan meleburkan rinduku dipundaknya. Saling mengadu tentang kisah yang 4tahun tidak sempat kita lunakkan bersama. Mungkinkah pengaduan kita sama seperti saat 4tahun sebelumnya. Tidaklah kau menjadi kaku dan dingin. Tidaklah kau menjadi sesuatu yang begitu sulit untuk ku mengerti. Akankah sama seperti sebelumnya atau akankah beda seperti yang tidak aku idam-idamkan. Well.. lupakan pesimis itu. Yang pasti aku akan menunggu kedatanganmu dihalte bus yang 4tahun lalu sudah ku rencanakan untuk menanti kedatanganmu lagi disini.
Begitu berdegupnya jantungku ketika 2 jam lagi petang tiba.
Dan aku harus disuguhkan rasa terburu-buru ketika macetnya Ibu Kota yang tak terbantahkan. Aku tak boleh mengecewakanmu
lagi walau hanya sekedar telat datang untuk menjemputmu. Sekalipun aku harus
menyalip kendaraan lain dengan tindak yang ceroboh, aku lebih memilih cara itu
daripada aku harus membuatmu menunggu begitu lama. 5 menit bagiku itu terlampau
lama untuk membiarkanmu sendiri. Apalagi hanya untuk menunggu , menungguku lagi
dan lagi..
Menunggu.. menunggu mungkin yang selalu mengingatkanmu
padaku. Hanya itu dan karna itu. Cukup sudah aku menyesali kebimbangan yang
terus menuntutku. Cukup sudah kala itu aku membiarkan hatimu menggantung
dihatiku cukup lama. Berkat kelemahan perasaanku, berkat kebimbangan yang terus
menodongku. Sampai-sampai aku rela membiarkanmu diam diantara kosa kata abstrak dan absurd. Aku tak
mau lagi menjadi aku yang dahulu kau tunggu-tunggu. Menantiku hanya untuk
meminta kejelasan yang selama ini benar-benar tidak jelas. Dan berakhir luka..
“Hai??” dengan gontai tanganku meraih bahunya.
Dari lubuk ingin sekali rasanya aku memelukmu kailendra, sama seperti 4tahun lalu waktu aku mengantarkan kepergianmu.
Walau hari itu aku memelukmu demi mengantarmu pergi jauh dari yang selama ini
kita dekat. Tapi suasana waktu itu mampu menghanyutkanku dalam perasaan yang
sendu dan syahdu. Berada dalam dua lentera perasaan dimana aku menangis tersedu
karna kau akan pergi jauh dariku sekaligus aku menangis haru karna kau pergi
untuk membumbung asa dan harapan yang selama ini kau ikat dalam hatimu. Suasana
hari ini tak sama seperti hari itu. Pesimisku mewujudkan kekokohannya. Sikap
dingin, kaku, dan berbeda yang tengah melingkari keberadaan kita. Kau seperti
orang yang baru ku kenal. dan aku seperti orang yang ingin sekali mengenalmu.
"semuanya berbeda, lupakan perasaanmu, aku bukan yang dulu kau kenal, aku bukan yang dulu selalu menjagamu, aku bukan yang dulu selalu mengajak kau menikmati malam, aku bukan kau yang dulu sering menunggumu, terpenting menunggu jawabanmu atas perasaanku"
bibirku bergetar, sekujur otot di kakiku melemas, tanganku mengepal sekeras-kerasnya, mataku mulai dibanjiri air yang mengalir hangat dipipi, sekuat tenaga ku tahan tangisan ini. tapi hatiku seperti dihujam pisau yang bermata begitu tajam, tega sekali kau mengatakan itu tanpa berkedip sekalipun, tega sekali kau mengatakan sesuatu yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya, belum sempat ku mengatakan sesuatu atas rinduku, belum sempat aku menghamburkan badanku dipelukanmu. dengan tenang kau berbicara kejam itu pada perempuan yang telah setia 4 tahun menunggu kedatanganmu"
"semuanya berbeda, lupakan perasaanmu, aku bukan yang dulu kau kenal, aku bukan yang dulu selalu menjagamu, aku bukan yang dulu selalu mengajak kau menikmati malam, aku bukan kau yang dulu sering menunggumu, terpenting menunggu jawabanmu atas perasaanku"
bibirku bergetar, sekujur otot di kakiku melemas, tanganku mengepal sekeras-kerasnya, mataku mulai dibanjiri air yang mengalir hangat dipipi, sekuat tenaga ku tahan tangisan ini. tapi hatiku seperti dihujam pisau yang bermata begitu tajam, tega sekali kau mengatakan itu tanpa berkedip sekalipun, tega sekali kau mengatakan sesuatu yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya, belum sempat ku mengatakan sesuatu atas rinduku, belum sempat aku menghamburkan badanku dipelukanmu. dengan tenang kau berbicara kejam itu pada perempuan yang telah setia 4 tahun menunggu kedatanganmu"
Lalu bagaimanakah cerita selanjutnya? Akankah mereka terus
bersama dalam ketergantungan hati yang tak kunjung jelas? Ataukah kebahagiaan
mendatanginya?
Tunggu kisah selanjutnya
ditahun (Kapan-kapan) .. coming soon .. novel by : Tetes Embun Pagi ... Author
of Trapped in the Rainy .. xoxo