malam ini tiga cangkir teh kiranya telah menemani risauku. kerinduan yang kau siratkan melalui sikapmu yang hilang tanpa salam dan jejak merupakan suatu alasan mengapa aku sampai seperti ini. diam..melamun..tak sesuap nasipun mau ku lahap dan kubengkalaikan siapapun yang mencoba memperhatikanku. namun dalam hati aku berada dalam keramaian yang sulit sekali ku raba untuk mencari dimana kamu kini.
vito.. apakah perbincangan kita tentang pengaduan perasaan dimalam mendung itu yang membuatmu abu-abu? seperti kabut yang tatkala sering menodong pegunungan kala dingin dan senja tiba. kamu hilang bak debu yang tersapu lirih angin kencang sore itu saat kita berjalan bersama ditepi trotoar.
mungkin, semisal kita berada diletak kota yang sama, aku masih menyimpan secercah perasaan tenang mengenai kabarmu. setidaknya kamu masih berada dekat denganku, tidak jauh, tidak berbeda langit.
jika pada mulanya, kau memilih cara untuk menghapus kejadian saat dipelataran sore itu dengan cara lain, cara yang tak sampai menyebabkan baretan luka dihati seseorang (aku), ku pastikan semua tidak memperparah situasi. terbesit kau disana sudah lenyapppp. bye bye vito. chia akan selalu membesitkan namamu dalam hatinya.. meskipun T____T
Tidak ada komentar:
Posting Komentar